Belajar adalah key term,
‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.[1]
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang
terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah,
maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada mahluk-mahluk lainnya,
sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di muka
bumi. Boleh jadi, karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia
secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan
penting untuk kehidupannya.
Banyak sekali bentuk-bentuk
perkembangan yang terdapat dalam diri manusia yang bergantung pada belajar
antara lain misalnya perkembangan percakapan berbicara. Menurut fitrahnya,
setiap bayi yang normal memiliki potensi untuk cakap berbicara seperti ayah
bundanya. Namun, kecakapan berbicara sang bayi itu takkan perna terwujud dengan
baik tanpa upaya belajar walaupun proses kematangan perkembangan organ-organ
mulut telah selesai.
Selanjutnya, dalam
prespektif agama, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar
memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangkah meningkatkan derajat kehidupan
mareka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 yang berbunyi.[2]
يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا
قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا
قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ
الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْر(١٤)
Artinya: hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu berilah
kelapangan di dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan kepadamu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, Niscaya
Allah akan meninggikan beberapa derajad kepada orang-orang beriman dan berilmu.dan
Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Mujadalah;11).[3]
Allah berfirman dalam
Al-Zumar ayat 9 yang berbunyi:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ
وَالَّذِيْنَ لَايَعْلَمُونَ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلْبَابِ (۹)
Artinya: katakanlah: apakah sama orang-orang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakallah yang
mampu menerima pelajaran.[4]
Allah berfirman dalam
Al-Isra ayat 36 yang berbunyi:
وَلَاتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَوَالْفُؤَادَكُلُّ أُوْلَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا(۳۶)
Artinya: Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak kamu
ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan daya nalar pasti akan
ditanya mengenai itu.[5]
Ilmu dalam hal ini
tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama, tetapi juga berupa pengetahuan
yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga
harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak di samping bagi kehidupan diri
pemilik ilmu itu sendiri.
Belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswi baik ketika ia berada di Madrasah maupun
dilingkungan rumah atau lingkungan sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang
benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya
mutlak diperlukan oleh para pendidik.
Menurut Syaiful Sagala
dalam bukunya Konsep dan Makna Pembelajaran. B. F. Skiner berpendapat belajar
adalah suatu program adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progressif. belajar juga sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar
maka responnya akan menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia tidak belajar maka
responnya akan menurun.[6]
Dalam bukunya Syaiful
Sagala, menurut Robert M. Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi
kapabilitas baru.[7]
Menurut pandangan
Benjamin Bloom menamakan teorinya dengan Taksonomi. Dan membaginya menjadi tiga
kawasan (domain) yaitu domain kognitif, domain afektif, domain psikomotorik.
Dalam bukunya Syaiful Sagala.[8]
Sedangkan menurut
Syaiful Sagala sendiri belajar dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan
kematangan bagi anak didi sebagai akibat belajar, sedangkan belajar dilihat
proses adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik.[9]
Oleh karena itu
definisi belajar dapat difahami sebagai Tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[10]
Belajar merupakan
proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting didalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, sikap,
keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia menurut Gagne dan
Barli menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah
perilaku karena hasil dari pengalaman.
Timbbulnya aneka ragam
pendapat para ahli tersebut diatas adalah fenomena perselisihan yang wajar
karena adanya perbedaan titik pandang. Berdasarkan beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri
manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, keterampilan, dan daya pikir melalui proses
pengamatan, pendengaran, membaca, meniru.
0 komentar: