SEJARAH PERADABAN ISLAM
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
A.
ASAL-USUL KERAJAAN
MUGHAL
1.
Sejarah Munculnya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal
merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan
panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada
sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Agama Islam masuk ke
India diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam keterangan sejarah
tahun 871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India). Hal ini menunjukkan
suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri, masyarakat India sudah
mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat di kota Delhi adanya sebuah bangunan
masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun1193 M. Sedangkan kerajaan
Mughal berdirinya pada tahun 1526. Jadi kerajaan Mughal ini sebagai penerus
Islam sebelumnya di India. Pada masa khullafaurrasyidin, memang sudah ada niat
penyebaran Islam ke India, hal ini diketahui pada masa khalifah Umar bin Khatab
dan Usman sudah pernah mengirim ekspedisi ke sana, tetapi rencana ini gagal
karena mendengar rawannyan daerah India. Kemudian pada masa Ali bin Abi Thalib
juga pernah mengirim suatu ekspedisi di bawah pimpinan Al-Harits bin Murah
Al-Abdi untuk menyerbu India dan berhasil menaklukkanya, malangnya sang
pemimpin terbunuh pada tahun 42 H disuatu daerah Al-Daidin yang terletak antara
Sind dan Khurasan.[1]
India menjadi wilayah
Islam pada masa Umayyah yakni pada masa Khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah
ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn
Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukkan
seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada
tahun 1020 M. setelah Ghaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang
menguasai negeri India seperti dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag
(1320-1412 M), dinasti Sayyid (1414-1451 M), dinasti Lodi (1451-1526).[2]
Kerajaan Mughal didirikan oleh
Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza
adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jengis Khan. Sepeninggal
ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi tahta kekuasaan wilayah Farghana.
Ia bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting di Asia
Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan
cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, raja Safawi, sehingga pada
tahun 1494 Babur berhasil menaklukkan kota Samarkand dan pada tahun 1504
menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan.
Babur melanjutkan
ekspansi ke India yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi. Ketika itu
pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami krisis dan mulai melemah
pertahanannya sehingga Babur dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya
menguasai wilayah India, Babur berhasil menaklukkan Punjab tahun 1525. Kemudian
pada tahun 1526 dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan
sehingga pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota
ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah
kerajaan Mughal di India pada tahun 1526. Sudah tentu pihak musuh terutama dari
kalangan Hindu yang tidak menyetujui berdirinya kerajaan Mughal segera menysun
kekuatan gabungan. Namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang
pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat
Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian
Babur meninggal dunia.
Sepeninggalan Babur,
tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh Humayun yang ternyata tetap saja
menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur
Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Tahun 1450
Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan
dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ini ia menyusun
kekuatannya. Ketika itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyyah yang bernama
Tahmasp. Setelah 15 tahun menyusun kekuatan dalam pengasingan di Persia,
Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di delhi pada tahun 1555.
Ia mengalahkan kekuasaan Khan Syah. Setahun kemudian ia meninggal dunia.
B.
RAJA-RAJA MUGHAL
Selama masa
pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja
yang sempat memerintah adalah :
-
Zahiruddin
Babur (1526-1530),
-
Humayun (1530-1556),
-
Akbar (1556-1605),
-
Jahangir (1605-1627),
-
Shah Jahan (1627-1658),
-
Aurangzeb (1658-1707),
-
Bahadur Syah (1707-1712),
-
Jehandar (1712-1713),
-
Fahrukhsiyar (1713-1719),
-
Muhammad Syah (1719-1748),
-
Ahmad Syah (1748-1754),
-
Alamghir II (1754-1760),
-
Syah Alam (1760¬-1806),
-
Akbar II (1806-1837 M),
-
dan Bahadur Syah (1837-1858).[3]
Zahiruddin Babur
(1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Orang-orang
Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan
mereka dalam suatu pertempuran. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat
menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529 M. Setahun kemudian yakni pada tahun
1530 M Babur meninggal dunia.
Sepeninggal Babur,
tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun
memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan
Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Ia
berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang
bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami
kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia
melarikan diri ke Persia.
Setelah lima belas
tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan
kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal.
Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605)
pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya
dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti
Islam yang besar di India.
Di awal masa
pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan
Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam
kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai
Gwalior dan Agra. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi.
Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia
berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat
dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak,
tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah
persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program
ekspansi.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[4] Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[4] Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kepemimpinan Akbar
dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh kekuatan militer yang
besar. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612
M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang
ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628-1658)
tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbih pada
pemerintahannya. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela
berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja
Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang
dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian
Selatan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan
dihukum mati.
Pada masa ini para
pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Tahun 1632 Shah Jahan
berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka.
Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah
kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya
menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Aurangzeb (1658-1707)
menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India
nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal
sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar.
Raja-raja pengganti
Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali
kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah
menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara
putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan
sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun
Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini
ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Ia kemudian dipecat
dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah
penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain
memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik.
akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan
integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan
Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang
dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat
jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa
di Delhi dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah
Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembang¬kan perdagangan di India
sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak
perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India. Bahadur Syah
(1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati
oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak
Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada
tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di
India.
C.
KEMAJUAN YANG DICAPAI
KERAJAAN MUGHAL
1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan.
·
Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini
berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
·
Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar
(kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan).
·
Akbar menerapkan politik toleransi universal
(sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama.
·
Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan
geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan
politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki,
dan Muslim Asli India.
·
Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada
jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam
sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi
pejabat yang sedang berkuasa.
·
Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi
dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan
pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan
oleh kaum petani.
2. Bidang Ekonomi.
Ø Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
Ø Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil
pertanian dan melindungi petani.
Ø Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama
pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zat.
Ø Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang
3. Bidang Agama.
v Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu
fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara
baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Umar Asasuddin Sokah, seorang
peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya
menyimpulkan, "Din-i-llahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
v Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam,
seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh
penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh.
v Berkembangnya aliran keagamaan Islam
di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik.
Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan
pengaruhnya.
v Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan
persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran
Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan
Syi'iah.
v Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya
kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fattawa alamgiri.
4.
Bidang Seni dan Budaya.
Bersamaan dengan
majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Penyair India
yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang
menghasilkan karya besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia.[5]
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni
terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah
dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila
dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid yang
berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra, mejid raya Delhi dan istana indah
dilghare. Dalam bidang karya seni dan budaya yang sudah dihsilkan kerajaan
Mughal antara lain :
a)
Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti
Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi,
seorang penyair istana.
b)
Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang
arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya,
diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di
Lahore.
c)
taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran
yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
D.
SEBAB-SEBAB KEMAJUAN
Kerajaan Mughal tidak
mencapai kejayaannya secara mudah. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil
memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut :
a. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi
dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara
Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
b. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola
kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki
patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para
petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam
ketentaraan.
d. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para
"Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan
atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".
Sisa-sisa kejayaan
Dinasti Mughal dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih
bertahan hingga sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah yang dibangun
pada masa Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi
bisu kemajuan arsitektur Islam pada masa dinasti ini. Bangunan indah yang
termasuk “tujuh keajaiban dunia” ini memang sudah usang, lusuh, dan tidak
terawat. Namun, kemegahan dan keindahannya menjadi bukti sejarah akan kokohnya
peradaban Islam di India pada waktu itu. Kehidupan seperti roda berputar.
Kadang di atas, kadang di bawah. Demikian halnya Dinasti Islam Mughal di India.
Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini pun mengalami siklus:
berdiri, berkembang, mencapai puncak, mengalami kemunduran, lalu hancur. Itulah
siklus peradaban seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim
terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Kebijakan Aurangzeb
untuk menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu
diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya
pemberontakan hebat dari kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh
pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah
merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan
mulai melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta
membubarkannya tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis.
E.
KEMUNDURAN DAN
KERUNTUHAN KERAJAAN MUGHAL
Kerajaan Mughal
mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605). Generasi
sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb
(1658-1707) masih dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun Raja-raja
pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Mughal Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu setengah
abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
·
Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai
tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan
pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan
buatan Mughal itu sendiri.
·
Kemerosotan moral dan hidup mewah di
kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
·
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau
kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga
konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
·
Semua pewaris kerajaan pada masa
terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak
mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
·
Banyak terjadinya pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya
para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak
wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakanpemberontakan
tersebut antara lain :
- Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura,
letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
- Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut
wilayah Gujarat.
- Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari
pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami
kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.
[1]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah
II, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2008 ),
hlm.145.
[2]
http://lppbi-fiba.blogspot.com di akses tanggal, 25 Maret 2012
[3]
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta :
UI Press,1985), hlm. 82.
[4]
Http//kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html,
di akses tanggal, 25 Maret 2012.
[5]
Ali K. Tarikh, Sejarah Islam Pra
Modern, (Jakarta : Srigunting, 2000), hlm. 354.
0 komentar: