TAUHID SEBAGAI LANDASAN AQIDAH ISLAMIYAH
Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab :توحيد ), adalah konsep dalam aqidahIslam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu
Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti
satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti
keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah
yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. ( al-Baqarah:163, Muhammad 19 ).
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam,
sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang
mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama
gerakan muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ). Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin,
tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam, yaitu
ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah yang
berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut masalah ke-Maha Esa-an
Allah.
Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa
Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari
kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim. Sehingga seorang
yang telah melanggar tauhid maka gugur pula keislaman seseorang. Karena yang
membedakan seorang muslim dengan yang bukan muslim adalah kepercayaannya
mengenai keesaan Allah yang terwujud dalam keyakinan dan amal-amal ibadahnya.
Hakekat tauhid
adalah mengesakan Alloh. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut
penjelasannya.
Mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan
Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh, seperti
mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki,
memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi
Alloh. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun
yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis,
pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan
mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa
tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya.
Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman
Alloh “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena
sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui
dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh,
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki
langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab:
‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari
jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
Mengesakan Alloh
Dalam Uluhiyah-Nya2
Maksudnya adalah kita mengesakan Alloh
dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar,
menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah
lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya
kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Alloh mengenai
perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu
Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari
jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh
karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya
walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
Mengesakan Alloh
Dalam Nama dan Sifat-Nya
Maksudnya adalah kita beriman kepada
nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh.
Dan kita juga meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk memiliki
nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan Hadits tersebut (yang
dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-Nya “Dialah Alloh Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul
Husna.” (Al-Hasyr: 24)
Pembagian Tauhid
Beriman bahwa hanya Allah
satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur,
memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga
seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat
62 :“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu“. Hal
yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta
ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Alloh “Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang
terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam
karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh
mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh, “Katakanlah:
‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’
Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’
Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika
kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka
dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
Beriman bahwa hanya Allah
semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bangiNya. “Allah menyatakan bahwa
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana”
(Al Imran : 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari
keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang
kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat,
harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya.
Dimana kita harus
memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata. Tauhid
inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang
diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan
Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan
itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy
mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh
semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Alloh dan
Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah satu-satunya Pencipta
alam semesta.
Beriman bahwa Allah memiliki nama dan
sifat baik (asma’ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal
99 asma’ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah. Maka dalam Islam
ada sunah untuk menghafalkan ke-99 nama Allah tersebut sebagai perwujudan cinta
kita kepada Allah SWT.
0 komentar: