PERADABAN ISLAM MASA SAFAWI DI PERSIA
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawi
Dinasti Safawi di
Persia berkuasa antara tahun 1520-1722 M. Dinasti Safawi merupakan kerajaan
Islam di Persia yang cukup besar. Awalnya Kerajaan Safawi berasal dari sebuah
gerakan terekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota Azerbaijan. Tarekat ini di
beri nama tarekat Safawi, yang diambil dari nama pendirinya, yaitu Shafi Ad-Din
(1252-1334 M).[1]
Ada dua pendapat yang
berbeda tentang etimologi/asal usul dari nama Safawi. Amir ali berpendapat
bahwa safawi berasal dari kata Shafi yaitu, gelar yang diberikan kepada
nenek moyang raja-raja Safawinya, yaitu Shafi ad-DinIshak Al-Ardabily
(1225-1334), seorang pendiri dan pemimpin tarikat Safawiyah. Ia menyatakan
bahwa para musafir, pedagang, dan penulis eropa selalu menyebut raja-raja
Safiwiyah dengan gelar Shafi agung. Adupun P.M. Holt berpendapat bahwa
Safawiyah berasal dari kata Safi, yaitu bagian dari nama Safi Ad-Din
Al-Ardabily. Meskipun ia tidak mengemukakan alasan, secara gramatika bahasa
Arab, pendapat inilah yang dipandang lebih tepat.[2]
Nama Syafawi
terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama
ini terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, Safi
al-Din berasal dari keturunan yang beda dan memilih sufi sebagai jalan
hidupnya.
Ia keturunan
dari imam syiah yang ke enam musa al-kazim.gurunya bernama syaikh taj al-din
Ibrahim zahidi yang terenal dengan sebutan zahid al-gilani.karena tinggi ilmu
tasawufnya dan banyak prestasi yang di raih kemudian ia di jadikan menantu oleh
gurunya tersebut, kemudian ia menggantikan gurunya setelah sepeninggal gurunya
dan memimpin tarekat syafawiah, pada awalnya gerakan ini hanya bertujuan untuk
memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang yang ahli bid’ah tarekat
yang di pimpin safi al-din ini sangat berpengaruh besar terhadap ilmu keagamaan
kususnya pada daerah syiria, Persia, Anatolia kemudian safi al-din menempatkan
pemimpin di masing-masing daerah tersebut yang memimpin murid-mutridnya.[3]
Oleh karena
itu, untuk tahap selanjutnya gerakan tarekat Syafawi yang beraliran Syi’ah ini
menyatakan aliranya sebagai madzhab negara. Karena itu, gerakan tarekat ini di
anggap sebagai peletak pertama dasar Negara Iran dewasa ini.
Dapat di pahami
bahwa penggagas awal berdirinya Kerajaan Syafawi adalah Syekh Ishak Safiudddin
yang semula hanya sebagai mursyid tarekat dengan tugas dakwah agar umat Islam
secara murni berpegang teguh pada ajaran agama. Namun, pada tahun selanjutnya
setelah memperoleh banyak pengikut fanatik akhirnya aliran tarekat ini berubah
menjadi gerakan politik dan awal memperoleh kekuasaan secara konkret pada masa
Junaid.
Raja-raja masa kerajaan Safawi :
(Sebelum terbentuk menjadi kekuasaan kerajaan)
a. Safi al-Din
b. Sadar al-Din Musa
c. Khawaja Ali
d. Ibrahim
e. Juneid
f. Haidar
g. Ali
(Setelah menjadi kekuasaan kerajaan)
a. Ismail I
b. Tahmasp I
c. Ismail II
d. Muhamad khudabanda
e. Abbas I
f. Safi mirza
g. Abbas II
h. Sulaiman
i. Husein
j. Tahmasp
II
k. Abbas III.
B. Kemajuan yang dicapai
Kemajuan yang
dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas dibidang politik. Di bidang yang
lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Bidang
Ekonomi
Stabilitas
politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan
perekonomian Safawi, lebih- lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan
pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandar Abbas. Dengan di kuasainya Bandar ini
maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa di
perebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi pemilik
kerajaan Safawi.
Di samping
sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian
terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Forlite Crescent).
b. Bidang
Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah
Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan
berjasa mengembangakan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Ada beberapa
ilmuwan yang selalu hadir di masjid istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi,
generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Al- Syaerazi, filosof, dan Muhammad
Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang
pernah mengadakan obervasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Selain itu dalam
bidang hukum fiqih yang terkenal pada masa itu baharudi al-amili.saking citanya
dengan ilmu,abbas I tidak segan mengadakan penyelidikan sendiri tentang
ilmu-ilmu tersebut. Dalam bidang ini, Kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan
lebih berhasil dari dua keajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.selain
itu syah abbas I juga membangun lembaga pendidikan syiah,yaitu sekolah teologi
dan juga mampu membiayai penerapan sistim pendidikan syiah.
c. Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa
kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi
kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan- bangunan besar lagi
indah seperti masjid- masjid,rumah- rumah sakit, sekolah- sekolah, jembatan
raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga
diperindah dengan taman- taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I
wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273
pemandian umum.
Di bidang seni,
kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan- bangunannya,
seperti terlihat pada masjid Shah yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh
Lutf Allah yang di bangun tahun 1603M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam
bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, dan tenunan,
mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman
Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522M membawa seorang pelukis timur ke
Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad. Kemudian pada masa abbas I berkembanglah
kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat syair
dan sebagainya, di antara pujangga yang terkenal pada masa itu, ialah Muhamad
Baqir Ibn Muhamad yang juga ahli fisafah dan ilmu pasti.
d. Bidang
pemerintahan dan politik
Secara
administratif, struktur organisasi pemerintahan dapat di bagi secara horizontal
dan vertikal, secara horizontal pembagian tersebut didasarkan pada garis
kesukuan atau kedaerahan. Sedangkan secara vertikal mencakup dua jenis, yaitu
istana dan sekretariat negara, kemudian aktifitas penyelenggaraan n egara di
percayakan pada amir yang terdiri atas kepala suku tingkat atas dan wazir yang
tergantung dalam suatu dewan,di samping itu terdapat dewan lain yang berada
dalam dewan tersebut yang terdiri atas sejarawan istana,sekretaris pribadi syah
dan kepala intelejen.
Demikianlah,
puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi. Setelah itu, kerajaan ini
mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini
menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawan-
lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupun tidak setaraf dengan
kemajuan Islam dimasa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya
mengisi peradapan islam melaui kemajuan- kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung- gedung bersejarah.
C. Sebab-sebab kemunduran Dinasti
Safawi
Sepeninggal
Abbas I Kerajaan Safawi berturut- turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza ( 1628- 1642M), Abbas II (1642- 1667M), Suliaman (1667- 1694M), Husain
(1694-1722M), Tahsasp II (1722-1732M), dan Abbas III (1733- 1736M). Pada masa
raja- raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.
Diantara sebab-
sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan
Kerajaan Ustmani. Bagi Kerajaan Ustmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang
beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti
sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama
kemudian, Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan
tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.[4][3]
Penyebab
lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan
Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, di
samping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-
haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani
pemerintahan. Begitu juga Sultan Husain.
Penyebab
penting lainnya adalah karena pasukan ghulam
(budak- budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang
yang tinggi seperti Qizilbash. Hal
ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan
tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tiadak
memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
0 komentar: