ISLAM DI SPANYOL
A. Latar belakang masuknya
Islam di Spanyol
Masuknya Islam
si Spanyol diawali dengan lolosnya Abdurrahman, satu-satunya orang yang selamat
dari pembinasaan Bani Umayyah oleh Dinasti Abbasiyah pada tahun 750 M. Ia lolos
dari kejaran tentara Bani Abbasiyah dengan cara bersembunyi di dalam sungai Eufrat.
Ia
mengembara ke Afrika dan akhirnya dapat berkuasa di Spanyol.
Abdurrahman dan keturunannya berhasil mengangkat derajat islam di Spanyol.
Di Cordova, pusat pemerintahan Spanyol, masjid Cordova, Universitas Cordova dan
perpustakaan yang mengandung ribuan buku-buku ilmiah, telah didirikan pada masa
pemerintahannya. Buku-buku dalam perpustakaan tersebut sebagian
besar merupakan karya para ilmuwan
Muslim. Dari perpustakaan inilah Spanyol menjadi salah satu pusat pengetahuan
dunia. Dari sini bisa dilihat bahwa Islam memberikan perubahan yang sangat baik
untuk kehidupan dunia barat.
Dalam penaklukan Spanyol secara kesuluruhan, kemenangan selalu berada pada
pihak orang Muslim. Kemenangan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
eksternal (berasal dari luar pihak muslim) dan faktor internal (berasal dari
dalam pihak muslim).[1]
Faktor eksternalnya adalah keadaan ekonomi, sosial, politik, dan keagamaan
di Spanyol yang memburuk. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan
terbagi-bagi ke dalam beberapa Negara kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa
Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa
daerah (aliran Monofosit), apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi.
Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol
dipaksa dibaptis menurut agama Kristen dan yang tidak bersedia akan
disiksa dan dibunuh.[2]
Selain itu, masyarakat Spanyol hidup dalam sistem kelas, dan rakyat kasta
bawah menjadi sangat tertindas. Dalam situasi ini, masyarakat Spanyol
mendambakan seorang juru penyelamat dan pada waktu itu Islam datang dan menawarkan kedamaian. Sektor ekonomi di Spanyol sangat
mengkhawatirkan. Di bawah kekuasaan kerajaan Visigotghic, pertanian, perindustrian, dan pertambangan sama sekali
tidak berkembang ( lumpuh).
Sedangkan faktor internalnya adalah para pemimpin Islam yang tangguh, kuat,
kompak, cakap, berani dan percaya diri. Selain itu, tentara Islam menunjukkan
bahwa agama yang mereka percayai adalah agama yang penuh dengan toleransi,
persaudaraan, dan tolong menolong.
Dalam proses
penaklukan Spanyol ada tiga orang yang berjasa yaitu:
1.
Tharif ibn Malik. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu
pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka
menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.[3]
Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya.
2.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari
sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian
lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian
menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[4]
Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq). Dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota
kerajaan Gothik saat itu).[5]
3.
Musa ibn Nushair. Beliau merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Kota yang berhasil
ditaklukkan oleh beliau diantaranya Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta
mengalahkan penguasa kerajan Gothic, Theodomir di Orihuela. Akhirnya beliau berdua
memenangkan daerah Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa
sampai Navarre.[6]
B.
Perkembangan Islam di Spanyol
1.
Periode Pertama (711-755 M )
Pada priode
ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Dalam periode ini stabilitas
politik negeri belum tercapai secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh
adanya gangguan-gangguan yang datang dari dalam dan luar.[7]
Gangguan dari
dalam adalah perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan.[8]
Selain itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damakus dan
gubernur Afrika Utara. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali
(gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Gangguan dari
luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di
daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan
Islam.
2.
Periode kedua (755-912 M)
Pada periode
ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir (panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk
kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama
adalalah Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi
gelar Al-Dakhil ( yang masuk ke Spanyol). Penguasa-penguasa Spanyol pada
periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al-Rahman
Al-Autshat, Muhammad ibn Abd Al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn
Muhammad.
Pada periode ini,
umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dalam bidang politik
maupun dalam bidang peradaban. Pemikiran filsafat mulai masuk pada periode
ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Autshat. Abd Al-Rahman Al-Dakhil
mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran.
Sekalipun
demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. pada pertengahan Abad ke-9,
stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesyahidan (Martyrdom).[9]
Selain itu, Gangguan politik yang paling serius pada periode ini adalah terjadi
gerakan revolusi oleh orang- orang yang merasa tidak puas dengan pemerintahan,
dan pemberontakan yang dipelopori oeh Hafsun dan anaknya. Sementara itu, perang
antara suku arab dan suku Barbar sering terjadi.[10]
3.
Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini
mulai berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar
“An-Nasir” sampai munculnya “Raja-raja Kelompok” yang dikenal dengan sebutan “Muluk
al-Thawaif”. Pada periode ini, spanyol diperintahkan oleh penguasa dengan gelar
Khalifah. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga
orang yaitu Abd Al-Rahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan
Hisyam (976-1009 M).
Pada periode
ini, Umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman Al-Nashir mendirikan
Universitas Cordova. Perpustakaan memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II
juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan dan pada masa ini
pembangunan berlangsung cepat.
Awal kehancuran Spanyol terjadi ketika Hisyam
naik tahta dalam usia sebelas tahun. karena itulah kekhalifahan berada pada
tangan para pejabat. para pejabat mengangkat Ibn Abi ‘Amr sebagai pemegang
kekuasaan pada tahun 981 M. Ia dinilai berhasil dalam pemerintahnnya karena
berhasil melakukan ekspansi yang cukup luas. Karena keberhasilannya, ia
mendapat gelar Al-Manshur Billah. Pada tahun 1002 M, ia digantikan oleh
anaknya, Al- Muzaffar. Pada tahun 1008 M, Al-Muzaffar digantikan oleh adiknya
yang sama sekali tidak berkompeten dalam memerintah. Sehingga dalam
pemerintahannya terjadi kehancuran yang parah dan para pejabat pun tak ada yang
bisa memperbaiki Spanyol pada waktu itu. Pada 1013 M para menteri menghapus
jabatan khalifah dan pada waktu itu Spanyol sudah terpecah menjadi negara-
negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.[11]
4.
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode
ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat
di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Pada periode
ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau
terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang
menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen
pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan
politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektual terus berkembang pada
periode ini.
5.
Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode
ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yakni kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan
dinasti Muwahhidun ( 1146-1235 M). Dalam jangka beberapa dekade, dinasti ini
mengalami banyak kemajuan. Tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami
keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di
Las Navas de Tolesa. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan
Islam.[12]
6.
Periode keenam (1248-1492 M).
Pada periode
ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar
(1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
An-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah
yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini
berakhir , karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan
(Abu Abdullah). Abu Abdullah meminta bantuan kepada Feerdenand dan Isabella,
inilah yang menyebabkan hilangya eksistensi Islam di Spanyol. Abu Abdullah
tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya
mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella. Kemudian,
hijrah ke Afika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol
tahun 1492 M. umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.[13]
C.
Kemajuan Peradaban
1.
Kemajuan Intelektual ( pengetahuan)
Spanyol adalah negeri yang
subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada
gilirannya banyak menghasilkan pemikir.[14]
Kemajuan yang terjadi di Spanyol pada waktu itu adalah berkat inisiatif Al-Hakam (961-976 M). Al-Hakam
mengimpor naskah-naskah (sastra, filosofis, dan karya ilmiah) dari Timur ke
Spanyol. Al-HAkam II memperluas dan memperbesar perpustakaan yang ada di
Ibukota Cordoba sehingga menjadi perpustakaan terbesar untuk seluruh Eropa
(pada masanya dan abad-abad berikutnya. Kterlibatan dan keasyikannya pada dunia
ilmu pengetahuan dilukiskan dalam Historians’ History os the World (Vol.
VIII:233).[15]
a.
Filsafat
Islam di Spanyol telah
mencatat satu lembaran budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah
Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibnu Abd Al-Rahman (832-886 M).[16]
Tokoh utama
pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyl adalah Abu Bakr Muhamad ibn
Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. MAsalah yang dikemukakannya
bersifat etis dan eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir
Al-Mutawahhid.[17]
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Karya Abu Bakr ibn Thufail
adalah Hay ibn Yaqzhan. Tokoh utama selanjutnya adalah Ibu Rusyd. Ibnu
Rusyd adalah filsuf terbesar Islam.
b.
Fiqh
Spanyol adalah penganut mazhab
MAliki dalm bidang fiqh. Mazhab ini diperkenlakan oleh Ziyad ibn Abd Al-Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya, yang menjadi Qadhi pada
masa pemerintahan Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Tokoh-tokoh lain dalm bidang fiqh
di Spanyol antara lain Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id l-Baluthi,
dan Ibn Hazm.
c.
Sains
Ilmu kedokteran, musik,
matematika, astronomi kimia dan lain-lain juga berkembangn dengan baik. Abbas
ibn Farnas terkenal dengan kiia dan astronomi. Ia adalah orang yang menemukan
pembuatan kaca dari batu.[18] Ahmad ibn Ibas adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-HAsan bint Abi
Ja’far dan saudara perempuan Al-hafidz adalah dua perempuan yang terkenal dalam
bidang kedokteran.
Dalam bidang
sejarah dan geografi ada Ibn Jubair yang menulis tentang negeri-negeri muslim
Meditirenia, Ibn Al-Khatib yang menyusun
riwayat Granada, dan Ibnu Khaldun yang merumuskan filsafat sejarah.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni
suara, tokohnya adalah Al-Hasan ibn Nafi. Beliau terkenal sebagai penggubah
lagu. Dan di dalam setiap pertunjukan dan perjamuan, kemampuannya selalu
dipetunjukkan. Ia terkenal dengan sebutan Zaryab.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa yang digunakan dalam
administrasi dan pemerintah Spanyol adalah bahasa Arab. Uniknya penduduk asli
tidak memprotes keadaan tersebut. Bahkan, mereka justru cenderung menomorduakan
bahasa asli mereka.
Tokoh bahasa
ketika itu adalah Ibn Sayyidih, Ibn Malik (pengarang Alfiyah), Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isyibili, Abu
Al-Hasan Ibn Usfur, dan abu Al-Hayyan Al-Gharnathi.
Selain itu, ada
juga Ibn Abdi Rabbih dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya
Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya
Al-Qalaid.[19]
2.
Pembangunan
Pemerintah Islam membuat
tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya
pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi
hidrolik dengan menggunakan roda air (water
wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik
tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
Namun demikian, pebangunan
yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan
kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang
megah adalah adalah mesjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana JA’fariyah di
Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan Istana Al-Hara
di Granada.
D.
Sebab Kemajuan Dan Kemunduran
1. Kemajuan
v Toleransi beragama
v Pemimpin yang berwibawa
v Kesatuan budaya dunia islam
2. Kemunduran
v Konflik islam dengan Kristen
v Tidak adanya ideologi
pemersatu
v Kesulitan ekonomi
v Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
v Keterpencilan
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Raya, 2007, hlm.91
[2] Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, ( Jakarta : Wijaya,
1983), hlm. 118.
[3] Ibid., hlm. 158.
[4] Carl, Brockelmann, History of thr
Islamic Peoples, (London : Rotledge & Kegan Paul, 1980), hlm. 83.
[5][2] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1983, cetakan pertama), hlm. 154.
[6] Carl Brockelmann, op. Cit., hlm.
14.
[7] Badri Yatim, op. cit.. Hlm. 94
[9] Jurji Zaidan, Tarikh al- Tamaddun
al-Islami, juz III, (Kairo : Dar Al-Hilal, tanpa tahun), hlm. 200.
[10] Bertold Spuler, op. Cit., hlm. 126.
[11] W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam :
Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990),
hlm. 217-218.
[12] A,Syalabi, op. Cit., hlm. 76
[13]Harun Nasution, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, JIlid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan
pertama), hlm. 154
[15] Faisal Ismail, Paradigma
Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), hlm.149
[16]Majid Fakhri, Sejarah
Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), hlm. 357.
[17]Badri Yatim, op. Cit. 101
[18]Ahmad Syalabi, op.
cit.,hlm. 86
[19]
http://my.opera.com/hasniew/blog/2010/07/11/peradaban-islam-di-andalusia-spanyol-2
0 komentar: