Metode cepat dan mudah
menghafal Al-Qur’an terbagi menjadi sembilan metodel diantaranya adalah:
a. Metode Audio atau Talaqqi: seseorang yang memiliki kecerdasan auditorial (kecerdasan pendengaran)
dalam menghafal sebaiknya menghafal dengan cara mendengar, baik dari bacaan
gurunya maupun melalui media.
Ada dua bentuk metode
audio atau Talaqqi, yaitu pertama, siswa mendengar ayat-ayat yang akan
dihafal dari bacaan guru. Cara ini dapat diterapkan terutama bagi penghafal
tunanetra atau anak-anak di sekolah dasar. Dalam hal seperti ini, guru dituntut
berperan aktif, sabar dan teliti dalam membaca dan membimbing mereka, karena
guru akan membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkan, baru kemudian
dilanjutkan ayat-ayat berikutnya sampai selesai. Kedua, merekam terlebih dahulu
ayat-ayat yang akan dihafalkan kedalam pita kaset, MP3, MP4, komputer, dan
lain-lain sesuai kebutuhan dan kemampuannya, kemudian kaset diputar untuk
didengarkan sambil mengkuti perlahan-lahan, setelah itu diulang lagi dan
diulang lagi sampai ayat-ayat tersebut betul-betul hafal diluar kepala.
b. Metode TTS (Teka-Teki Silang) atau kitabah: yaitu dengan metode TTS, persis seperti kita mengisi kolom TTS dimana
tersediah alat bantu huruf di depan, di tengah, dan di akhir. Untuk mengingat
kembali hafalan Al-Qur’an, penghafal cukup menulis potongan awal dan akhir
dalam buku khusus Tahfidz. Setelah sejumlah juz dan surah yang dihafal ditulis,
maka ketika takrir ia cukup melihat buku catatan itu. Cara ini bertujuan
untuk memantapkan awal dan akhir ayat yang sering dilupakan huffaz.
Penulisan ayat dengan cara TTS ini harus sesuai dengan mushaf Al-Qur’an,
terutama letak awal dan akhir tiap ayat.
c. Metode Gerakan: kita telah menerapkan
teknik ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika mengerjakan ibadah shalat.
Ketika seseorang shalat, ia membaca ayat-ayat Al-Quran seperti surat Al-fatihah
dan surah atau ayat tertentu dengan tepat tanpa kesalahan sedikitpun. Anak-anak
biasanya sudah hafal bacaan Al-Qur’an untuk shalat ini diusia balita. Balita
ini dapat menghafal dengan cara melakukan gerakan shalat sambil mengucapkan
bacaan. Tetapi kalau anak tersebut disuruh menghafalkan bacaan ini tanpa
melakukan gerakan shalat, biasanya mereka tidak akan berhasil. Gerakan dapat
membantu otot-otot kita lebih rileks dan santai. Gerakan dapat membangkitkan
semangat, mengusir kemalasan, dan kejenuhan, juga menyehatkan jadi gerakan
benar-benar membantu dalam proses menghafal cepat.
d. Metode One Day One Ayat: satu hari satu ayat, apakah tidak terlalu sedikit dan lama? Kelihatannya
mungkin demikian. Tetapi filosofinya sangat mendalam. Setiap hari siswa atau
santri harus menghafalkan satu ayat dan mempresentasikan artinya dalam tiga
bahasa (Arab, Inggris, dan Indonesia). Setiap hari menghafal satu ayat. setiap
dapat menghafal satu ayat, kemudian mencari referensi makna dan kandungan ayat.
misalnya, ayat ke-77 surat yasin, setelah itu, mencari asbabun nuzul,
kandungannya, maknanya dalam 2 bahasa, dan yang terpenting adalah
mengamalkannya. “Awalam yara al-insanu...apakah manusia tidak melihat...does
not man see...”. Jika dihitung secara matematis. Al-Qur’an terdiri atas
6236 ayat (Al-Qur’an Utsmani Timur Tengah). Satu tahun sejumlah 360 hari, maka
kita dapat menghafal 360 ayat. kalau 6236 kita bagi 360 hari maka hasilnya
(17.322222). Jadi kalau kita bulatkan, kita baru selsai tujuh belas tahun. Jadi
jika dihitung 6 tahun dipesantren, dilanjut 4 tahun waktu dikuliah, sisahnya
yang tujuh tahun kita tetap hafalkan hingga kita lanjut usia sekalipun
e. Metode Lima Ayat Lima Ayat: yaitu menghafal satu hari satu ayat. jika siswa atau santri dapat menghafal
lima ayat dalam sehari, maka ia dapat menghatamkan hafalan Al-Qur’an selama
lima tahun dua bulan. Satu hari siswa atau santri menghafal lima ayat lima ayat
selama lima hari dalam seminggu, hari Saptu dan Ahad tidak dihitung, dua hari
ini khusus Takrir dan Muraja’ah. Selama satu minggu siswa
menghafal kurang lebih dua puluh lima ayat, jika satu bulan dikali empat minggu
ia menghafal sebanyak 100 ayat. dalam waktu satu tahun berarti 100 ayat dikali
12 bulan yaitu 1200 ayat, dalam satu tahun siswa dapat menghafal 1200 ayat.
jumlah keseluruhan ayat Al-Qur’an adalah 6236 berarti jumlah tersebut dibagi
1200 ayat, hasilnya adalah 5.19 (666667) jika digenapkan bilangan desimal
terakhir maka dihitung dua bulan.
f. Metode Potret: yaitu megubah teks
panjang menjadi simbol, gambar, dan tulisan ringkas. Metode potret dilakukan
persis seperti memfotokopi apa yang dlihat dan dibaca, baik yang menyangkut
tulisan (khat utsmani), fonetik, maupun tata letak dan sequqnce-nya.
Caranya adalah dengan pemetaan awal ayat (ra’sul ayah) pada tiap-tiap
halaman, kiri atau kanan, letak nomor ayat, dan apa saja yang termaktub pada
setiap halam mushaf. Sama seperti kita mempotret sesuatu, menghafal Al-Qur’an
dengan mempotret letak ayat perayat murai dari pojok atas hingga pojok bawah.
Tanda waqaf juga letak kalimat terakhir tiap baris.
g. Metode Titian Ingatan: titian ingatan atau “jembatan keledai” adalah metode mengelolah ingatan
dengan menggunakan akronim yang memudahkan pemanggilan kembali data atau
informasi yang telah tersimpan sebelumnya. Metode titian ingatan dapat berupa
lambang atau huruf yang merepresentasikan sebuah kata atau kalimat dalam bentuk
asosiasi. Metode ini sangat baik untuk meningkatkan ingatan, metode ini juga
dapat diterapkan untuk memudahkan penghafal dalam mengingat ayat-ayat yang
sama, terutama ayat yang berkali-kali disebut dalam satu surah atau letaknya
berdekatan.
h. Metode Sistem Cantol: merupakan metode menghafal ayat-ayat serupa tapi tak sama atau mirip
redaksinya dan letak ayat terkadang berjauhan, di surah dan juz yang berbeda.
Sistem cantol bekerja dengan cara ayat-ayat tersebut dicantolkan atau dibuatkan
cantolan dengan kata-kata yang mudah diingat, baik anatar satu ayat dengan ayat
berikutnya maupun antara ayat dengan nama surah. Dengan metode ini menghafal
lebih cepat dan tahan lama. Membuat kita kreatif yaitu membuat cerita semau
kita. Menambah keberanian memunculkan ide baru yang orisinal. Salah satu contoh
cantolan adalah di surah Ad-Dukhan:13-18, kata ‘rasul’ diulang tiga kali tetapi
sambungan setelahnya berbeda-beda, untuk mengingat mana yang lebih dulu dapat
dibuat cantolan: “Rasul MU KAn AMIN”
i. Metode Kisah atau Cerita: sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat banyak tamsil
(kisah-kisah) yang duraikan secara panjang lebar, misalnya kisah Luqman, kisah
sapi betina, kisah orang-orang yang memegang teguh imannya dan kisah para nabi
dengan kaumnya. Untuk menghafal ayat-ayat dalam bentuk seperti ini, sebaiknya
penghafal terlebih dahulu membaca dan memahami jalan ceritanya sehingga mudah
dihafalkan dan dicamkan kedalam jiwa[1].
0 komentar: