BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedatangan
agama Islam pada abad ke-7 M ke dunia dianggap sejarawan sebagai pembangun
Dunia Baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta peradaban
baru. Selama empat belas abad semenjak Nabi Muhammad SAW menyebarkan
ajaran-ajaran baru dalam bidang teologi monoteistis, bidang kehidupan individu,
bidang kehidupan masyarakat, dan kenegaraan , terbentanglah peradaban Islam
dari wilayah Spanyol ( dahulu Andalusia) sampai bneteng Cina, dari lembah
sungai Wolga di Rusia sampai ke Asia Tenggara.[1]
Islam datang di Indonesia dengan membawa peradaban
baru yang memiliki corak keislaman secara khusus. Beberapa bentuk peradaban
Islam mewarnai kehidupan dan pemikiran masyarakat Islam Indonesia. Peradaban
Islam yang dibawa oleh para mubaligh Islam dari Arab diakulturasikan antara
peradaban Islam dan peradaban masyarakat setempat menjadi terpadu yang membawa
dampak positif bagi perkembangan budaya Islam di Indonesia.[2]
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disususn rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa saja peradaban Islam yang
berkembang di Indonesia?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui peradaban Islam yang
berkembang di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peradaban Islam
di Indonesia
Diantara peradaban Islam di Indonesia adalah sebagai berikut :
1)
Sistem Birokrasi
Keagamaan.
Oleh karena penyebaran Islam di
Indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang, komunitas Islam bermula
diberbagai pelabuhan penting di Sumatera, Jawa dan pulau lainnya.
Kerajaan-kerajaan Islam yang pertama berdiri juga di daerah pesisir. Demikian
halnya dengan kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Demak, Banten dan Cirebon, Ternate
dan Tidore.[3]
Ibu kota kerajaan selain merupakan
pusat politik dan perdagangan, juga merupakan tempat berkumpulpara ulama dan
mubaligh Islam. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudera Pasai,
Sultan Al-Malik Az-Zahir, dikelilingi oleh ulam dan mubaligh Islam, dan raja
sendiri sangat menggemari diskusi mengenai masalah-masalah keagamaan. Raja-raja
mengangkat para ulam menjadi penasehat dan pejabat di bidang keagamaan.
Keberadaan ulam sebagai penasehat
raja, terutama dalam bidang keagamaan juga terdapat di kerajaan-kerajaan Islam
lainnya. Di Demak, penasehat Raden Fatah, raja pertama Demak adalah para wali,
terutama Sunan Ampel da Sunan Kalijaga. Bahkan disamping berperan sebagai guru
agama dan mubaligh, Sunan Gunung Jati
(Syarif Hidayatullah) juga langsung berperan sebagai kepala
pemerintahan.
Birokrasi keagamaan juga berlangsung
dibeberapa kerajaan Islam, seperti di Kesultanan Demak di Jawa. Semasa menjadi
raja, Sultan Raden Fatah diangkat oleh para walisongo sebagai raja Demak dengan
gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan PalembangSayyidin Panatagama.
Demikian pula berlaku di Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung bergelar Sultan
Agung Hanyakrakusuma Sayyidin Panata Agama Khalifatullah ing Tanah Jawi.
Sultan Agung bahkan memberlakukan kebijakan perpaduan tahun Jawa Saka
disesuaikan dengan tahun Hijriyah. Hal ini menunjukkan perpaduan akulturasi
budaya setempat (Jawa) dengan tradisi hukum Islam yang dituangkan dalam sistem
birokrasi keagamaan. Demikian pula yang berlaku di kerajaan lain di Indonesia
pada umumnya.
2)
Peran Para Ulama dan Karya-karyanya
Penyebaran dan pertumbuhan
kebudayaan umat Islam di Indonesia terletak di pundak para ulama. Paling tidak
ada dua cara yang dilakukan yakni : pertama, membentuk para kader ulama
yang akan bertugas sebagai mubaligh ke berbagai daerah yang lebih luas. Catra
ini dilakukan dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan pesantren
di Jawa, dayah di Aceh, dan surau di Minangkabau. Kedua, melalui
karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat yang jauh. Karya-karya
ersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan di
Indonesia pada masa itu. Pada abad ke-16 dan 17, banyak sekali bermunculan
tulisan para cendikiawan Islam di Indonesia. Akan tetapi, perlu juga diketahui
ketia tradisi pemikiran Islam mulai terbentuk di kepulauan Indonesia ini, di
pusat dunia Islam, bidang pemikiran itu telah mapan. Bahkan disana dikenal
dengan masa kebekuan, masa kemunduran pemikiran dalam bidang agama karena
digalakkannya taklid. Dunia pemikiran yang berkembang di Indonesia,
bagaimanapun, mempunyai akar pada tradisi yang telah berkembang di pusat dunia
Islam sebelumnya.
Para tokoh-tokoh ulama yang
produktif dalam menulis antara lain:[4]
-
Hamzah Fansuri dari Fansur, karyanya
antara lain Asarul Arifin fi Bayan ila Suluk wa at-Tauhid.
-
Syamsudin As-Sumatrani, karyanya : Mir’atul
Mu’minin.
-
Nurudin Ar-Raniri dari India,
karyanya : Ash-Shirat al Mustaqim.
-
Abdurrauf Singkel dari Kerajaan
Aceh.
-
Syekh Abdul Muhyi Pamijahan,
karyanya : Martabat kang pitu.
-
Syaikh Yusuf Al Makassari.
-
Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari,
karyanya : Sabilul Muhtadin.
-
K.H. Ahmad Rifa’i dari Kalisalak,
karyanya : Husnul Muthalib, Jam’ul Masa’il dan lain-lain.
-
Syaikh Nawawi al Bantani dari
Banten, karyanya : Nihayatuz Zain, Safinatun Naja, At-Tafsir al Munir dan
lain-lain.
-
Syaikh Abdus Shamad Al Falimbani
dari Palembang, karyanya: Zad Al Muttaqin fi Tauhid Rabbul ‘alamin, Ratib
Abdus Shamad dan lain lain,
-
Syaikh Shaleh Darat dari Semarang,
karyanya : Tafsir Faidhur Rahman, kitab Munjiyat dan lain-lain.
-
Syaikh Mahfudz At-Tirmasi dari
Termas Pacitan, karyanya : Minhaj Zhawi An-Nazhar dan lain-lain.
-
K.H. Hayim Asy’ari dari pesantren
Tebuireng Jombang, karyanya : Risalah Ahlu As-Sunnah wa Al-Jama’ah dan
lain-lain.
-
Dan masih banyak ulama lainnya
3)
Corak Bangunan
Arsitek
Oleh karenanya perbedaan latar belakang
budaya, arsitektur bangunan Islam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di
dunia Islam lainnya. Hasil-hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan
perkembangan Islam di Indonesia antara lain Masjid Kuno Demak, Masjid Agung
Banten, dan Masjid Ampel di Surabaya.
Beberapa masjid kuno mengingatkan
kita pada seni bangunan candi, menyerupai bangunan meru pada zaman Indonesia
Hindu.
Beberapa bangunan arsitektur Islam
di Indonesia, memiliki ciri khas tersendiri dengan mengadaptasi budaya
sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam arsitek Masjid Kudus dimana
menaranya masih mencitrakan bangunan model budaya Jawa Hindu. Arsitektur
semacam ini secara jelas memperlihatkan perpaduan antara budaya Hindu dan
budaya Islam.
Ciri-ciri model seni bangunan lama
yang merupakan peniruan dari seni bangun Hindu-Buddha adalah sebagai berikut :[5]
-
Atap tumpang, yaitu atap yang
bersusun, semakin ke atas semakin kecil dan yang paling atas biasanya mahkota.
Atap tumpang ini juga terdapat di Bali pada upacara Ngaben atau relief candi
Jawa Timur.
-
Tidak ada menara karenanya
pemberitahuan waktu sholat dilakukan dengan memukul bedug. Dari masjid-masjid
yang tertua, hanya di Kudus dan Banten yang ada menaranya.
-
Masjid-masjid tua, bahkan masjid
yang dibangun di dekat Istana Raja Yogya dan Solo mempunyai letak yang tetap.
Dean istana selalu ada lapangan besar dengan pohon beringin kembar, sedangkan
masjid selalu terletak di tepi barat lapangan. Di belakang masjid sering
terdapat makam-makam. Rangkaian makam dan masjid ini pada hakikatnya
adalahkelanjutan dari fungsi candi pada zaman Hindu-Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka dan dapat
berhubungan dengan negara lain, maka unsur lama secara berangsur-angsur hilang.
Pada masa peralihan ke arah corak baru nasih sering terlihat perpaduan antara
keduanya, terutama pada atapnya. Ada juga masjid yang terpengaruh Ottoman
Style (Byzantium) seperti tampak pada masjid Istiqlal yang bentuk kubahnya
setengah lingkaran ditopang oleh pilar-pilar yang tinggi besar. Kemudian masjid
yang menyerupai Taj Mahal India adalah Masjid Syuhada di Yogyakarta.[6]
4)
Lembaga
Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga pendidikan Islam
sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Salah
satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar
di berbagai pelosok. Lembaga pesantren dipimpin oleh seorang ulama atau kyai.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai konstribusi yang sangat
besar dalam pembentukan budaya masyarakat Islam di Indonesia.
Dengan berkembangnya pemikiran dalam
Islam diawal abad ke-20, persoalan admistrasi dan organisasi pendidikan mulai
mendapat perhatian beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas,
belajar untuk memahami, bukan sekedar menghafal, ditekankan, dan pengertian
ditumbuhkan.
Setelah Indonesia merdeka, terutama
setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan agama Islam mulai
mendapat perhatian yang lebih serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam
bulan Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah diteruskan. Badan ini
juga mendesak pemerintah agar memberikan bantuan kepada madrasah.
Setelah revolusi selesai, usaha
untuk mengoordinasi sekolah-sekolah agama dimulai kembali, bukan hanya untuk
Jawa dan Sumatera, melainkan seluruh Indonesia. Setelah itu banyak lembaga
pendidikan yang didirikan.
Demikianlah beberapa sekolah agama
Islam didirikan oleh Departemen Agama. Sementara itu, perguruan tinggi Islam
swasta dalam bentuk lainmasih berjalan. Adapun lembaga lembaga pendidikan Islam
Swasta antara lain: Pertama, Pesantren
Indonesia klasik. Kedua, Madrasah diniyyah (sekolah agama). Ketiga, madrasah-madrasah
swasta, biasanya mata pelajaran dan sistem pengajarannya sama dengan madrasah
negeri.
Perguruan tinggi Islam yang khusus
terdiri dari fakultas-fakultas keagamaan mulai mendapat perhatian Kementrian
Agama pada tahun 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950, Fakultas Agama di UII
dipisahkan dan diambil alih oleh pemerintah dan pada tanggal 26 September 1951
secara resmi dibuka perguruan tinggi baru dengan nama Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) dibawah pengawasan Kementrian Agama.
Pada tahun 1960 , didirikan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) yang juga berada dibawah naungan Kementrian Agama.
Disamping yang dikelola oleh negeri, beberapa perguruan tinggi Islam swasta
juga telah banyak berdiri. Bahkan beberapa perguruan tinggi Islam swasta juga
memiliki fakultas umum.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peradaban Islam yang berkembang di
Indonesia sangat banyak, antara lain adalah :
1). Sistem Birokrasi keagamaan
Birokrasi keagamaan juga berlangsung
dibeberapa kerajaan Islam, seperti di Kesultanan Demak di Jawa. Semasa menjadi
raja, Sultan Raden Fatah diangkat oleh para walisongo sebagai raja Demak dengan
gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan PalembangSayyidin Panatagama.
2).
Peran Para Ulama dan Karya-karyanya
Penyebaran dan pertumbuhan
kebudayaan Islam di Indonesia itu terutama terletak pada peran ulama dan
produktifitas menulis mereka.
3).
Corak Bangunan Arsitek
Dalam seni bangun Islam Indonesia,
pada garis besarnya mempunyai dua corak yaitu asli dan baru. Pada abad ke-16
agama Islam sudah tersebar luasdi Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera.
Kegiatan keagamaan dilakukan di masjid atau mushalla. Model masjidnya juga
berbeda dengan bentuk masjid negara Islam lainnya. Mungkin karena berdekatan
masa, bentuk masjid di Indonesia pada mulanya banyak dipengaruhi oleh seni
bangunan Indonesia-Hindu. Masjid tertua yang memperlihatkan ragam seni bangun
seperti itu adalah misalnya Masjid Demak, Cirebon dan Ampel di Surabaya.
4).
Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam semakin
berkembang pesat setelah para ulama mengarang kitab-kitab. Pendidikan Islam
setahap demi setahap dimajukan. Istilahpesantren yang dulu hanya mengajar agama
di surau dan menolak modernitas pada zaman kolonial, sudah mulai
beradaptasi dengan tuntutan zaman. Pesantren juga telah lebih berkembang dengan
berdirinya perguruan tinggi Islam.
B.
Saran
Dari pembahasan makalah ini, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah diperlukan, guna untuk
perbaikan dan penyempurnaan tugas pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2002. Sejarah
Masuknya Islam di Indonesia, dalam
Manarul Qur’an, Jurnal Ilmiah Studi Islam Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ)
Wonososbo.
Isror, C. 1957. Sejarah Kesenian Islam II. Jakarta: PT
Pembangunan.
Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Yatim, Badri. 2007. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta :PT. Raja Grafindo Raya.
[1] Prof.Dr. Musyrifah Sunanto, Sejarah
Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafiindo Persada, edisi I,
2005, hlm. 1.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam dirasah islamiyah ii,(jakarta,PT Raja grafindo persada.2006) hal 205
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah peradapan Islam,
(Jakarta : Amzah, 2013), hlm.411-416.
[5] Prof.Dr. Musyrifah Sunanto, Sejarah
Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafiindo Persada, edisi I,
2005, hlm. 96-97.
[6] C.Isror, Sejarah Kesenian Islam II, (Jakarta:
PT Pembangunan, 1957), hlm.139
0 komentar: